iklan responsive
Pagi itu suasana cerah, sebuah trak yang sarat dengan barang pindahan masuk pekarangan sebuah rumah yang baru selesai di bangun. Melihat ada warga pindahan yang akan menjadi penduduk baru.
Masyarakat bergegas membantunya, mereka sibuk mengangkut barang barang masuk ke dalam rumah. Setelah selesai. Pemilik rumah langsung berkenaln dan akrab dengan masyarakat. Nama saya Karta, saya pindahan dari kampung sawah, ini isteri saya. Nita ujar Karta. Tau seorang ibu keluar dari rumah tersebut dengan menggengam sapu di tangan. Kalau ibu yang tua itu siapa? Tanya salah satu jiran yang baru saja di salami Karta.
Ohh … ..itu ibu saya, nama beliau Fatimah, suaminya sudah meninggal dunia, saya anak pertama, sehingga saya bertanggung jawab atas keluarga, terutama ibu. Jadi saya ajak ibu untuk tinggal bersama kami.
cerita karta. Keluarga Karta kelihatan harmoni, masyarakatpun akrab dengan keluarga karta. Banyak tetangga yang memuji keluarga itu, kerana jarang terdengar perbalahan. Akan tetapi siapa sangka, apa yang tampak di mata warga sekitar situ teryata berbeza dengan kenyataan.
Memang pada awalnya di keluarga itu tidak ada terjadi perseteruan. Namun di kemudian harinya ada saja masalah, hal hal yang remehpun boleh menjadi sumber masalah, terutama antara Ibu Fatimah dan isteri Karta selalu saja terjadi perselisihan. Ibu Fatimah sering menerima cacian, hinaan fitnahan dari isteri Karta.
Akan tetapi ibu Fatimah selalu sabar menerimanya, dia tidak pernah membalas perlakuan sang menantu. Harapan yang di idam idamkan untuk menghabiskan masa tuanya dengan anak, menantu dan cucu dalam kehidupan seharian yang di warnai bunga bunga kebahagiaan teryata pupus sudah.
Tetapi demi kasihnya untuk anak tercinta, dia rela menerima pelbagai perlakuan yang tidak sewajarnya dari sang menantu. Eh tua bangka jangan enak enakan di sini ya … .memangnya gak ada yang di kerjain, kerjanya cuma berbual sahaja! Bentak menantunya.
Padahal sang ibu sudah bekerja seharian penuh, namun ada sahaja yang salah pada dirinya.cacian, hinaan, fitnah selalu saja di tuduhkan kepada dirinya.bahkan darah dagingnya sendiri yag ia lahirka, dirawat sejak kecil ikut membencinya.
Abg, saya tidak suka dengan ibu, masa seharian kerjanya cuma duduk duduk saja, saya kan penat sudah harus merawat anak kita si Dini, mengemas rumah, eh … .ada yang lain bukannya ikut membantu kata Nita kepada suaminya. Sudahlah kamu tenang saja, nanti saya yang bercakap kepada ibu.lama lama hilang juga kesabaran saya kepadanya, ucap Karta. Hasutan demi hasutan terus di tuduhkan kepada ibunya.
Tak tahan mendengar pengaduan isterinya. Karta yang tadinya tidak ambil pusing akhirnya menegur ibunya. hingga suatu malam terjadi pertengkaran yang hebat. Mas, saya sudah tak sanggup tinggal di ruamah ini, seperti di neraka saja, saya atau dia yang keluar dari rumah ini. Kalau Mas tidak mengeluarin tua bangkat.
Itu dari rumah malam ini juga, saya yang akan keluar … tantan Nita. Kerana termakan dengan fitnah isterinya, akhirnya Karta sanggup mengusir ibunya sendiri. Bu saya sudah tidak sanggup dengan sikap ibu, ada saja pertengakran yang muncul. Daripada rumah tangga saya hancur kerana kewujudan ibu di rumah ini, lebih baik ibu keluar dari rumah ini malam ini juga, Ibu boleh tinggal dirumah Tini atau Tuti. Usir Karta.
Saya Tidak mau tahu, bagaimanapun caranya ibu harus meninggalkan rumah malam ini juga, bentak Karta tanpa risih lagi. Nak ibu akan keluar dari sini, akan tetapi malam sudah larut, bagaimana mungkin ibu pergi. Izinkan ibu untuk tinggal malam ini saja, esok pagi ibu akan meninggalkan rumah ini, pinta ibu Fatimah. Lagi lagi isteri Karta menyela, Mas, saya atau dia yang keluar meninggalkan rumah ini.
Kerana Karta takut kehilangan isterinya yang di cintainya, dia lebih rela ibunya yang harus keluar dari rumahnya. Padahal di rumah itu ibunya pun memiliki saham buat mengadakan rumah tersebut. Keluar! saya tidak mahu tahu! Bentak Karta dengan bengis.
Bahkan dengan sombongnya Karta.pun mendorong ibunya keluar rumah. Nita, isteri Karta sendiri dengan angkuhnya, seolah-olah akan menunjukkan dirinya bahawa dialah pemenangnya. Hanya berbekal beberapa potong pakaian, tanpa di beri wang satu rupiah pun, ibu Fatimah Meninggalkan rumah itu.
“SAYA TIDAK AKAN REDHA DUNIA AKHIRAT AKAN perlakuannya KEPADAKU, haramkan AIR SUSU YANG TELAH diminumnya, SEMOGA DIA DI BAKAR DI DUNIA DAN DI AKHIRAT.”
Kutuk ibu Fatimah. Dengan air mata yang terus mengalir di pipinya yang sudah mula mengeriput, wanita tua itu terus menyelusuri jalan raya seorang diri. kerana tidak membawa wang sesenpun.
Bu Fatimah terpaksa berjalan kaki ke rumah anaknya yang lain. Sejak pemergian ibunya, kehidupan rumah tangga karta bukanya bertambah harmoni. Bahkan belakangan Karta jatuh sakit, Sembilan bulan lamanya Karta Melawan sakit.
Bermula hanya gatal gatal biasa, kemudian lama kelamaan kelihatan memerah di sekitar perutnya. Beberapa doktor dan paranormal telah ia datangi, namun pengobatanya yang ia jalani sia sia saja, tak ada hasilnya, bahkan harta yang ia miliki mulai habis untuk merawat penyakit itu.
Badan mula mengurus, jalan pun sudah mula tak sanggup, akhirnya ia berbaring lemah sepnjang masa di ranjangnya, dari perutnya keluar cecair yang sangat bau.
Teman teman dan para tetangganya pun mula menjauh takut dijangkiti dengan penyakit karta. Badanya tak boleh di gerak gerakkan ke kanan ata kekiri kerana akan menimbulkan rasa sakit yang amat sangat bila bergerak. Belakang tubuhnya mulai lecet lecet di sebabkan lama berbaring kaku di katil. Karta menyedari bahawa sakit yang dideritanya itu di sebabkan oleh sikapnya yang telah menderhaka kepada ibunya sendiri. Makanya ia pun meminta agar sang ibu datang ke rumahnya agar ia boleh minta maaf kepada sang ibu.
Tolong panggilakan ibu saya, saya ingin bertemu dengannya, saya telah berdosa kepadanya, ratap Karta. Karta menyedari bahawa sakit yang di deritanya itu di sebabkan oleh sikapnya yang telah menderhaka kepada ibunya sendiri. Maka dia pun meminta agar sang ibu datang ke rumahnya, supaya dia boleh minta maaf kepada sang ibu. Tolong panggilkan ibu saya, saya ingin bertemu dengannya saya telah berdosa kepadanya, ratap Karta.
Maka di utuslah seorang jirannya untuk meminta ibunya datang.namun sang ibu tidak berganjak. Hatinya terlalu sakit menerima perlakuan anaknya yang kurang ajar dan tidak tahu membalas budi itu. Luka hatiku jauh lebih sakit daripada apa yang ia derita, ujar ibu Fatimah menolak orang yang merayunya untuk datang menemui anaknya.orang itupun dengan langkah gontai pergi meninggalkan rumah Tini.
Sementara itu Karta di ranjangnya, Karta terus merasakan sakit yang amat sagat, Tubuh Karta meronta ronta kesakitan, matanya melotot, seakan ada mahkluk yang sangat menyeramkan di hadapannya. Mas, mas … kenapa mas? … istighfar mas, mas … ..astaughfirlloh al’adziim .. “ujar Nita sambil memegang tubuh Karta yang kian lama Hentakanya semakin keras. Nita sedar, suaminya sedang menghadapi sakarotul maut, ia pun menuntun suaminya dengan membaca kalimat Tahlil. Laa ilaaha illallah, …. “Berkali kali, dengan deraian airmata, Nita terus menuntun suaminya agar mengikuti ucapannya ..
Sampai datang waktu subuh, Karta masih saja merasakan sakarotul maut. Nita pergi meninggalkan suaminya untuk menunaikan solat subuh. Dengan air mata berlinang ia sujud memohon kepada Allah SWT, agar suaminya cepat di ambil nyawanya daripada harus tersiksa seperti itu. Pada pukul setengah enam, dengan mata yang sembab, Nita kembali masuk ke bilik suaminya.
Dipegangnya tubuh Karta, sejuk sudah merayap di sekujur tubuhnya, Nafasnya tersekat di leher, terdengar orokan panjang dari mulutnya. Tepat jam enam pagi, Karta menghembuskan nafas terakhirnya, dengan mata melotot, seolah olah melihat ke atas dan jari tangan yang membengkok kaku serta mulut yang menggangga lebar. Orang orang sibuk menyiapkan perarakan kematian Karta. Masyarakat sekitar datang berduyun duyun untuk bertakziah ….
Baru melangkahkan kaki di pintu masuk, tercium bau yang tak sedap, padahal bilik sudah di semburan wangian, di setiap pojokan di letakkan kamper demi mengurangkan bau tak sedap itu. Akan tetapi bau itu tetap saja ada.pelayat yang datang serta merta menutup hidung agar tak tercium bau tak sedap itu.
orang orang yang memandikan jenazah pun terpaksa harus menggunakan topeng agar tidak tercium bau tak sedap.anehnya air kotor dan bau yang keluar dari perut Karta tidak mau mengering.padahal perut itu sudah di tempelin berlapis lapis kapas.akhirnya orang orang yang mengurus jenazah langsung mengafani.
setelah selesai di solatkan, jenazahpun di bawa ke tanah perkuburan dengan menggunakan kereta ambulance.sesampai di tanah perkuburan liang lahad pun telah di sediakan.
selepas perarakan pengebumian selesai, tak beberapa lama, rombongan siap kembali ke mobil.tiba tiba datanglah beberapa laki laki yang tergesa gesa. saya tak mengizinkan mayat ini di kubur di tanah ini, kerana kami membayar tanah di sekitar ini.
Tanah ini sudah menjadi kavling tanah perkuburan keluarga kami. Saya mohon angkat jenazah itu sekarang juga. ujar orang itu. Tolonglah pak, mayat ini sudah di kubur, tidak mungkin kami gali lagi, jawab pak ustaz Abdulah.
Kami tidak mau tau, tanah ini sudah menjadi milik keluarga kami.kami minta di gali sekarang juga! ucap orang itu lagi dengan agak marah. Kerana orang yang mengaku mempunyai tanah kavling itu gak mau mengalah, akhirnya pihak keluarga karta terpaksa mengalah juga maka makam yang baru kira-kira setengah jam di timbun itu pun di gali semula untuk di pindahkan ke tempat yang lain. Ketika papan penutup liang lahad di bongkar, maka jenazah karta pun tampak dari luar.
Semua orang tercengang melihat jenazah itu.Betapa tidak, kain kafan putih yang membalutnya berubah menjadi abu abu, seandainya kalau perubahan warna itu disebabkan oleh tanah makam yang berlumpur tentu warnanya coklat kemerahan, bukan abu abu. Hal ini tentu membuat tanda tanya besar di hati para pengantar jenazah.ketika mayat itu mendak di angkat, orang orang yang mengangkatnya kehairanan.
Kerana saiz jenazah itu menjadi lebih pendek dari semula. Akibatnya bahagian hujung kain kafan itu jadi kelihatan lebih panjang dari yang seharusnya. Pak ustadz, kain kafannya di buka dulu saja, sepertinya kok ada yang tidak beres? kata beberap orang. Maka kain kafan itu pun dibuka. Begitu kain kafan di terbuka, maka terkejutlah semua orang yang hadir. Betapa tidak Betapa tidak, mayat Karta yang baru ditanam Kira-kira setengah jam, telah berubah menjadi hitam dan hangus seperti hangus terbakar.
Kakinya terlipat ke dada. begitu juga tangannya juga bengkok. Mayat itu bentuknya tidak lagi lurus melainkan berubah seperti monyet. Pantas saja kalau mayatnya seperti lebih pendek.
Melihat keadaan mayat yang mengerikan seperti itu, maka mereka akan membungkus kembali dengan kain kafan yang tadi, sementara beberapa orang mula menggali lubang kubur baru yang letaknya di pinggir kawasan tanah perkuburan berhampiran pagar batas.
Selepas pengebumian selesai, satu persatu orang orang mulai meniggalkan makam itu. kini Karta seorang diri di lubang kuburnya. isteri yang sangat di citai, yang di bela habis habisan pun tidak dapat menemaninya. Semakin Banyak Yang Menyebarkan semakin Banyak Anak Yang Terselamatkan Tidak berdurhaka Kepada ibu bapanya …
Sumber : http://sehinggit.blogspot.my
ikalan saiz 250
JOM DERMA IKHLAS KE :
loading...
0 Response to "ASTAGFIRULLAH. !! Baru Dikubur 30 MINIT Jenazah Ini Hangus Terbakar … Hanya Kerana Dosa Ini"
Post a Comment